Mempunyai anak berkebutuhan khusus

Selasa, 03 Juli 20120 komentar

Memang seperti tersambar petir ketika kita mengetahui bahwa kita tidak bisa mendapatkan apa yang kita inginkan, apalagi kalau yang kita dapatkan lebih buruk dari yang kita inginkan bahkan sama sekali belum pernah terbayangkan oleh kita. seperti seseorang yang ingin daftar ulang kuliah di Universitas Favorit yang telah di idam-idamkan, dan ternyata ketika ditengah jalan ia di rampok dan semua barangnya di curi, uang untuk bayaran daftar ulang kuliah pun raib berpindah tangan, impian bisa menempuh kuliah di Universitas yang pernah di idam-idamkan pun telah sirna. Mungkin seperti itu apa yang dihadapi oleh para orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, seakan – akan semua mimpi dan harapan-harapan mereka yang dulu terbayangkan indah kini musnah sudah.
Dulu yang terbayangkan adalah dapat menyekolahkan di sekolah yang mahal dan berkualitas sehingga kelak anaknya dapat menjadi anak yang pintar dan dapat meneruskan kerajaan usaha yang dimiliki orang tuanya. tetapi hancur sudah ketika mereka mengetahui bahwa anaknya mengalami sindrom autis atau berkebutuhan khusus, semuanya sangat jauh di luar dari mimpi dan angan-angan indah mereka terhadap buah hati mereka. Kemudian mungkin karena kecintaan mereka, mereka berniat untuk menyembuhkan si buah hatinya ini dengan apapun caranya, berapapun ongkos atau biaya perobatannya, dimanapun juga mereka akan tetap berupaya agar si buah hatinya dapat sembuh dan dapat normal seperti anak-anak lain seusianya. Setelah bertahun-tahun focus kepada pengobatan anaknya, kocek yang dikeluarkan pun sudah tidak terhitung lagi banyaknya, semua dokter anak, pskiater, neurolog, bahkan sampai paranormal sudah mereka datangi demi kesembuhan anaknya.
Bulan demi bulan telah di lalui, tahun demi tahun sudah terlewati dan anak pun tetap pada kondisinya (belum bisa menjadi apa yang diharapkan orang tuanya). Anak makin hari makin dewasa, keautisan-nya pun makin hari makin menjadi-jadi, focus terhadap kesembuhannya dan fanatic terhadap medis justru malah menjadi bom waktu bagi orang tuanya, sekarang anak sudah besar, keautisannya pun tidak lah berkurang, sedangkan masa-masa keemasan anak sudah hilang, dan orang tua baru menyadari bahwa anak memang butuh di didik tetapi ketika anak berkebutuhan khusus ini sudah mulai dewasa belajarnya pun semakin susah, sindrom autisnya pun makin merajai si anak, anak jadi sering berulah, ngamuk, menyakiti dirinya sendiri, menyakiti orang lain dan sebagainya yang membuat orang tuanya malu. Sekarang orang tua sudah pasrah dan mungkin putus asa, uang yang dikeluarkan sudah banyak dan anak justru makin menjadi-jadi, dan timbul rasa malu pada orang tua ini karena ulah anaknya diketahui oleh keluarga besarnya, teman-teman kerjanya dan orang-orang dilingkungan tempat tinggalnya.
Orang tua sudah mulai malu terhadap buah hatinya, mulai sadar bahwa telah telat memberikan pendidikan terhadap anaknya dan impian mereka dapat melihat buah hatinya dapat normal seperti anak-anak lainnya telah sirna, sekarang mereka mulai mencari pusat-pusat terapi untuk Autis dan sekolah –sekolah yang dapat menerima anaknya, berapun besaran biayanya mereka bisa berikan asalkan anaknya ini dapat tenang di sekolah atau di asrama dan tidak lagi membuat malu keluarga. Anak berkebutuhan khusus ini makin jauh dari orang tuanya dan dari kasih sayangnya, makin berulah dan usianya pun makin hari, makin tahun makin bertambah.

Share this article :
 
Facebook : MandelaDesain
© 2012 Mandela Share. Berbagi Ilmu Berbagi Cerita